Latest Post
Tampilkan postingan dengan label Umum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Umum. Tampilkan semua postingan

Etika pergaulan remaja pada masa modern dilihat dalam perspektif hukum islam

Written By Unknown on Sabtu, 27 April 2013 | 20.55


Latar Belakang
1.Perilaku remaja sekarang dengan media komunikasi
Pada zaman sekarang sudah banyak sekali perilaku remaja yang berubah akibat media komunikasi.contohnya media komunikasi  dalam hal negatif  pergaulan remaja yaitu melihat video asusila dan  dalam hal positifnya yaitu handpone untuk berkomunikasi dengan jarak yang jauh.
Media komunikasi itu dapat digunakan dalam hal positif ataupun negatif,itu tergantung dari remaja itu sendiri dan juga faktor modernisasi yang terus berkembang dan ketidak siapan  remaja menerima  pengaruh dalam modernisasi atau teknologi yang dapat menimbulkan kegoncangan masa ataupun kemajuan masa depan dan menimbulkan perilaku positif ataupun negatif. perilaku tersebut timbul karena keingintahuan remaja itu sendiri dalam hal komunikasi.
Oleh karena itu, kita perlu mengatasi masalah pergaulan remaja saat ini dengan tindakan untuk mencegah perilaku remaja yang negatif dalam hal media komunikasi yang terus berkembang saat ini dan kita juga harus lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.
Allah swt berfirman :
“ kamu adalah orang yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada  yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beiman kepada Allah .sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyak mereka adalah orang-orang yang fasik”. ( Ali- imran : 110 )

 2. Masalah perilaku remaja dan peranan orang tua

    Sebagian orang mengatakan masa remaja adalah masa yang energik,dinamis,kritis masa yang paling indah, tetapi ada pula yang mengatakan bahwa masa remaja masa rawan dan masa nyentrik. karena manusia itu semakin perkembang dari anak-anak menjadi remaja lalu menjadi dewasa itu disebut fase kehidupan atau transisi. dan masalah yang di hadapipun semakin sulit.
    Perilaku remaja yang menyimpang itu di akibat kan karena kurangnya persiapan dari remaja itu sendiri dalam menghadapi suatu masalah yang terus datang. Dan juga peranan dari orang tua yang kurang dalam perhatian kepada anaknya karena faktor orang tua juga dapat menyebabkan remaja itu sendiri menjadi menyimpang. Orang tua harus lebih perhatian kepada anaknya terutama dalam perilaku anaknya. Karena faktor orang tua itu sangat penting.
    Oleh kareana itu peranan orang tua itu sangat penting dalam perilaku anaknya. apa lagi jika anak itu sudah tumbuh menjadi remaja,karena masa remaja itu masa yang ingin mencoba suatu hal yang baru dalam hidupnya. Orang tuanya harus bisa mengajarkan perilaku yang baik kepada anaknya dari kecil. Agar ketika dia remaja dapat membedakan perilaku yang baik dan buruk dan bertaqwa kapada Allah dan rasulnya.

Allah swt berfirman :
“ Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluarga mu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan “. (At- tahrim : 6 )


3. Cara pemecahan masalah perilaku kenakalan remaja   

    Cara pencegahan pertama yaitu dengan tindakan Preventif yaitu pencegahan dengan cara pendidikan informal (keluarga),pendidikan formal (sekolah) atau juga melalui pendidikan nonformal (masyarakat).
Pendidikan informal (keluarga) adalah pendidikan pertama yang akan diajarkan oleh seorang anak. Maka orang tua harus menanamkan pendidikan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak itu misalnya pendidikan agama yaitu mengajarkan keimanan,akhlak dan ibadah.
Rasulullah saw bersabda :
“Perintahkan anak-anakmu mengerjakan shalat,lantaran ia sudah berumur 7 tahun, pukullah mereka setelah berumur 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidurmu dan tempat tidur mereka “. ( HR.Abu Daud)

    Dan jagalah hubungan kasih sayang yang adil terhadap semua anggota keluarga.
Sesungguhnya Allah suka kepada keluarga yang adil terhadap anggota keluarganya.
    Pendidikan formal (sekolah) adalah pendidikan kedua setelah keluarga yang penting untuk perkembangan perilaku remaja sekarang.terutama dalam pembinaan sikap mental ,pengetahuan dan keterampilan remaja itu sendiri yaitu pembinaan untuk menumbuhkan remaja-remaja yang dinamis,kritis dan cepat dalam mengambil tindakan.usaha ini dapat mengurangi sikap penyimpangan dalam perilaku remaja sekarang.
Dan Pendidikan nonformal (masyarakat) adalah tempat pendidikan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pembinaan-pembinaan dalam masyarakat juga sangat penting dalam perkembangan perilaku remaja sekarang yaitu pembinaan untuk meningkatkan pendidikan kepramukaan,penyuluhan mental agama dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang positf seperti Palang Merah Remaja, Karang Taruna,Remaja Masjid,dan usaha-usaha lainnya.
Cara pencegahan kedua yaitu dengan Tindakan Represif  yaitu tindakan dengan hukuman yang bertujuan untuk remaja yang melakukan kenakalan.tetapi yang bertujuan untuk mendidikan.misalnya, Razia terhadap barang-barang atau alat yang digunakan untuk kenakalan remaja dan jika terbukti mereka berbuat kenakalan mungkin mereka bisa diberi peringatan dan hukuman yang ringan agar mereka tidak mengulangi lagi perbuatannya yang salah.
Berikanlah hukuman yang sifatnya mendidik dan menolong, agar mereka menyadari kesalahannya.sehingga mereka memperoleh harga dirinya. Dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
Hukuman dengan tindakan represif itu dapat dilakukan dengan lisan ataupun perbuatan yang mendidik remaja itu sendiri.
Cara pencegahan ketiga yaitu dengan tindakan kuratif yaitu tindakan dengan rehabilitasi (pemulihan ),tindakan ini merupakan pembinaan khusus untuk memecahkan dan menangulangi problema kenakalan remaja.pembinaan ini memberikan kesan yang baik,bahwa setiap remaja itu diberikan dorongan ,perbaikan dan kesempatan bagi remaja itu agar menjadi kembali baik sesudah remaja itu merenungi perbuatannya yang salah dan yang dianggap tidak wajar atau tercela.
    Pembinaan ini dapat  juga di artikan sebagai usaha atau upaya untuk memeperbaiki kembali sikap dan perilaku remaja yang melakukan kenakalan atau perbuatan yang tidak baik dengan tujuan remaja memeperoleh kehormatan yang baik di tengah-tengah pergaulan social dan melakukan kegiatan yang bermanfaat.

Sesungguhnya remaja itu harus di jauhkan dari suatu pengaruh yang buruk.
Allah swt berfirman :

“ Dan janganlah kau mendekati perbuatan-perbutan keji ,baik yang  Nampak maupun yang tersembunyi “




4.Islam dan pergaulan remaja
   
    Islam adalah agma yang baik dan adil,sesungguhnya islam itu member perhatian terhadap remaja sekarang yang terus berubah.remaja adalah penerus orang tua,agama,dan juga sebagai insane muslim yang berakhlak karimah.
     Tragisnya bahwa mayoritas remaja islam sekarang ini sudah banyak yang mengikuti budaya barat yang terus berkembang.misalnya budaya yang buruk yang di ikuti remaja muslim sekarang yaitu gaya berbusana dan tingkah laku buruk yang dilakukan. Semua akibat dari pergaulan yang kurang baik yang dihasilkan dari apa yang mereka lihat dan rasakan  dalam kehidupan sehari-harinya.merebaknya teknologi dan insformasi yang semakin berkembang memang membawa remaja menjadi lebih memahami tentang perkembang teknologi tapi juga membawa dampak negatif  bagi etika remaja muslim.
    Contoh-contoh menurunnya akhlak remaja yang buruk akibat seirimg perubahan zaman dan masuknya budaya asing yang buruk.
a.    Tawuran antar remaja
b.    Kriminalitas
c.    Perzinahan yang dilakaukan oleh remaja
Contoh tersebut adalah bukti menerunnya akhlak remaja yang smakin buruk.oelh karena itu iman dan taqwa yang kuat itula yang akan mampu mengendalikan diri seseorang sehimgga sanggup melakukan yang baik dan meniggal kan yang buruk .iman dan takwa itulah yang dapat secara pasti menjadi landasan akhlak.jadi,kemerosatan remaja itu sebnernya dapat dikurangi dengan cara memberikan pendidikan keimanan dan ketakwaan kepada generasi muda sekarang.dan sekarang banyak juga pesantren yang yang bagus agar remaja-remaja sekarang menjadi remaja yang beriman dan bertakwa.
Inti agama adalah iman.jadi,iman tidak hanya dengan diajarkan melalui sekolah,pesantren pengatuhan tentang iman keimanan, dan keberimanan.pengajaran itu hanya bersiafat kognitif saja.Adapun,keimanan itu adalah sesuatu yang berada didalam hati (al-qalb).Jadi,keimanan itu bukan dikepala ataupun bukan berupa pengetahuan. Keimanan itu bukan persoalan kognitif saja.
Oleh karena itu, keimanan perlu sekali ditanamkan oleh remaja sejak sekarang agar genersi sekarang dapat menjadi generasi yang beriman dan bertaqwa.       




5. Pergaulan remaja yang baik
Islam adalah agama yang suci,pergaulan dalam islam selalu dilandasi oleh kesucian.oleh karena itu, islam selalu mengajarkan tata cara atau etika pergaulan yang baik.salah satunya yaitu menutup aurat.aurat merupakan mahkota setiap manusia dan aurat tidak boleh diperliahatkan kepada seseorang yang bukann muhrimnya terutama kepada lawan jenis agar tidak menimbulakan syahwat dan menimbulkan fitnah kepada orang lain.
Aurat laki-laki yaitu dari pusar sampai lutut untuk perempuan yaitu seluruh tubuhnya kecualli muka dan telapak tangan.selain masalah aurat pakaian yang dipakai juga harus diperhatikan yaitu agar tidak memakai pakaian yang mengundang syahwat seseorang dan mendatangkan fitnah.
Dan dalam pergaulan dengan lawan jenis juga harus diperhatikan karena remaja sekarang jika sedang bergabung dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya itu selalu berlebihan padahal islam telah mengajarkan agar menjaga jarak terhapad lawan jenis agar tidak menimbulakan dampak negatif yang tidak di inginkan dan akibat berakibat buruk pada masyarakat disekitarnya.
Jika laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya maka yang ketiga syetan,karena syetan mempengaruhi manusia agar berbuat dosa.oleh karena itu islam melaran laki-laki dan perempuan berduan di tempat yang sepi dan menimbulkan fitnah.
Islam telah mengatur etika pergaulan dalam remaja,perilaku tersebut dilandasi oleh nilai-nilai agama.oleh karena itu,semua perilaku harus selalu diperhatikan,dipelihara dan dilaksakan oleh remaja agar tidak terjerumus oleh perilaku yang menyimpang dari agama.

6. Tata cara pergaulan remaja yang baik menurut islam

Islam telah mengatur tata cara pergaulan yang baik dan berakhlak karimah,karena tata cara pergaulan islam itu dilandasi dengan nilai-nilai agama.tata cara itu meliputi :
a.     Mengucapkan salam
Ucapan salam yaitu ketika kita bertemu teman atau orang lain karena mengucapkan salam itu adalah doa,maka jika kita mengucapkan salam berarti kita telah mendoakan teman kita.dan menjawab salam itu hukumnya adalah wajib.
b.    Meminta izin
Minta izin ini kita tdak boleh meremehkan hak-hak atau milik teman kita karena itu bukan hak kita dan kita perlu meminta izin terhadap pemiliknya terlebih dahulu.
c.    Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
Remaja sekarang seharusnya menghormati orang tua dan mengambil pengalaman dari mereka.dan kepada yang lebih muda sebaiknya remaja sekarang menuntun, mengajari kepada yang lebih muda agar beretika yang baik.
d.    Bersikap santun dan tidak sombong
Dalam bergaul,agar teman merasa nyaman terhadap kita harus berperilaku yang baik dan santun.dan sikapn remaja yang dasar yaitu ingin lebih dari pada temannya padahal Allah membenci sikap sombong.
e.    Tidak boleh saling menghina
Menghina dalam agama islam hukumnya dilarang. oleh karena itu, sebaiknya menghina itu harus di hindari sesama teman.


KESIMPULANNYA
    Jadi,kesimpulan dari tulisan ini menjelaskan tentang bagaimana tata cara atau etika pergaulan yang baik bagi remaja dizaman modern ini dan bagiamana solusinya atau pemecahan masalahnya remaja dizaman modern.
    Etika pergaulan yang baik yaitu para generasi muda agama dan bangsa agar  lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menjalankan perintahnya agar kita terhindar dari perilaku yang tidak baik dan Melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan menghindari perilaku yang negatif.
Oleh karena itu, kita harus bisa berperilaku yang baik terhadap orang lain dan mengajak saudara kita agar berbuat baik.karena mengajak kebaikan terhadap sesama muslim adalah salah satu bentuk rasa sayang kita terhadap saudara sesama muslim.

Kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan Dalam dunia usaha

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah  kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Sesuatu  yang baru dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda[1].
Dengan kemajuan zaman yang semakin pesat, para penguasa muda mencoba menciptakan produk-produk yang kreatif dan inovatif terbaru untuk merintis usaha mereka agar memperoleh keuangan semaksimal mungkin. Konsumen memutuskan membeli dan mengkonsumsi produk bukan sekedar karena nilai fungsi awalnya, tetapi juga karena nilai sosial dan emosinya. Keputusan pembelian merupakan prilaku yang dilakukan oleh individu-individu yang berbeda. Individu adalah konsumen yang potensial untuk membeli suatu produk tertentu yang ditawarkan oleh perusahaan atau yang ditemukan di pasar.
Pasar sebagai pihak yang menawarkan berbagai produk kepada konsumen harus dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian, mengetahui presepsi konsumen dalam menilai sesuatu yang berpengaruh dalam pembelian sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran yang sesuai dengan keinginan manusia.
Pemasaran (marketing), yaitu “kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran”[2]. Kesuksesan para pemasar banyak ditentukan oleh prestasi di bidang pemasaran. Pemasaran merupakan proses mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen, dan memuaskan konsumen dengan produk dan pelayanan yang berkualitas dan pada harga yang kompetitif.
Strategi penetapan harga dikenal merupakan unsur dari marketing mix. Harga dianggap sebagai salah satu faktor yang menentukan bagi perusahaan akan tetapi strategi harga bukanlah merupakan satu-satunya cara untuk mengatasi berbagai persoalan dalam perusahaan, namun setiap perusahaan hendaknya mempertimbangkan secara matang setiap keputusan dalam masalah harga. Selain itu, harga tersebut berkaitan dengan teori permintaan menjelaskan perilaku konsumen dalam permintaan suatu barang.
Kesalahan umum yang dibuat oleh perusahaan kecil adalah menetapkan harga barang atau jasa sebelum mengklarifikasikan penempatan strategi perusahaan[3]. Selain itu, kesalahan dalam menetapkan harga akan dapat mempengaruhi permintaan konsumen dalam mempengaruhi permintaan konsumen dalam mempengunakan barang dan jasa tersebut. Apabila harga yang ditetapkan terlalu tinggi maka akan terjadi penurunan pendapatan karena konsumen akan mencari produk yang lebih murah harganya ataupun jika harga terlalu rendah maka kemungkinan biaya produksi tidak dapat tertutupi karena barang yang dijual banyak tetapi pendapatan yang diterima sedikit. Penetapan harga yang terlalu rendah dan tidak sesuai dengan nilai produk tersebut akan menimbulkan kerugian.
Harga yang tinggi dengan keuntungan per unit yang tinggi belum tentu mewujudkan keuntungan yang diharapkan. Sebaliknya harga yang rendah yang diikuti volume penjualan yang tinggi dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Tindakan para pesaing dalam menghadapi kebijakan harga yang akan ditempuh oleh perusahaan juga perlu diperhatikan[4].

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana implementasi kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan dalam pengembangan suatu usaha?
2.      Seberapa pentingkah kreativitas, inovasi dan kepemimpinan dalam dunia usaha?
C.    Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui implementasi kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan dalam perkembangan suatu usaha.
2.      Mengetahui seberapa pentingkah kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kreativitas
Kreatifitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi (ditemu kenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2009)[5].
1.      DEFINISI KREATIVITAS
Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and Cultural Education) (dalam Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil yang baru dan bernilai. Selanjutnya Feldman (dalam Craft, 2005) mendefinisikan kreativitas adalah:
“the achievement of something remarke and new, something which transforms and changes a field of endeavor in a significant way ... the kinds of things that people do that change the world.”
Menurut Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Sealain itu, Csikszentmihalyi (dalam Clegg, 2008) menyatakan kreativitas sebagai suatu tindakan, ide, atau produk yang mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru.
Guiford (dalam Munandir, 2009) menyatakan kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya (Guilford, dalam Munandar 2009). Sedangkan menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kreativitas merupakan kecenderungan-kecenderungan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Campbell (dalam Manguhardjana, 1986) mengemukakan kreativitas sebagai kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:
a.       Baru atau novel, yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.
b.      Berguna atau useful, yang diartikan sebagai lebih enak, praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.
c.       Dapat dimengerti atau understandable, yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat dilain waktu, tau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.
Beragamnya pendapat para ahli akan pengertian kreativitas, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu produk yang baru ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, yang berguna, serta dapat dimengerti.
2.      CIRI-CIRI KREATIFITAS
Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara lain:
·         Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
·         Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
·         Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
·         Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
3.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS
Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:
a.       Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)
Menurut Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers dalam Munandar, 2009). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan.
Menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kondisi internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:
                                              i.       Keterbukaan terhadap pengalaman
Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut dan keterbukaan terhadap konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipotesis. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan.
                                       ii.            Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation)
Pada dasarnya penilaian terhadap produk ciptaan seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.
                                     iii.            Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep.
b.      Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
Munandar (2009) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat[6]. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers (dalam Munandar, 2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya[7]:
·         Keamanan psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:
                                                            i.            Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
                                                          ii.            Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam.
                                                        iii.             Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.
·         Kebebasan psikologis
Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Munandar (dalam Zulkarnain, 2002) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat berupa kemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (inteligensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan ketrampilan. Faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan sifat asertif (Kuwato, dalam Zulkarnain, 2002)[8].
4.      TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KREATIVITAS
Menurut Cropley (1999), terdapat 3 tahapan perkembangan kreativitas diantaranya:
a.       Tahap prekonvensional (Preconventional phase)
Tahap ini terjadi pada usia 6–8 tahun. Pada tahap ini, individu menunjukkan spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu karya, yang kemudian mengarah kepada hasil yang aestetik dan menyenangkan. Individu menghasilkan sesuatu yang baru tanpa memperhatikan aturan dan batasan dari luar.
b.      Tahap konvensional (Conventional phase)
Tahap ini berlangsung pada usia 9–12 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan menjadi kaku. Selain itu, pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluatif juga berkembang.
c.       Tahap poskonvensional (Postconventional phase)
Tahap ini berlangsung pada usia 12 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, individu sudah mampu menghasilkan karya-karya baru yang telah disesuaikan dengan batasan-batasan eksternal dan nilai-nilai konvensional yang ada di lingkungan.

B.     Inovasi
1.      Pengertian
Schumpeter (1934)  inovasi adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi. Dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkannilai dari produk, pelayanan, proses kerja, pemasaran,sistem pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagiperusahaan tapi juga stakeholder dan masyarakat (dalam de Jong & Den Hartog, 2003).
Zimmerer dan Scarborough (2005), inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan solusi yang kreatif terhadap suatu permasalahan berikut dengan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan seseorang. Entrepreneur adalah inovator, bukan hanya sekedarinventor. Ia tidak hanya berhenti sampai pada prosespenciptaan atau penemuan ide, tapi melanjutkannyauntuk dapat direalisasikan kedalam bentuk inovasi.
2.      Perilaku Inovatif
Pengertian perilaku inovatif menurut Wess & Farr (dalam De Jong & Kemp, 2003) adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai shop-floor innovation (e.g., Axtell et al., 2000 dalam De Jong & Den Hartog, 2003)[9].
Perilaku inovatif  adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi; yang terdiri dari dua dimensi yaitu kreativitas dan pengambilan resiko dan proses inovasinya bersifat inkremental.
3.      Karakter Individu yang Berperilaku Inovatif
a)      Memiliki keinginan yang kuat untuk menambah pengetahuan dan berusaha mengenali sebab-sebab dari segala sesuatu.
b)      Dia selalu mencari dan menulis setiap ide baru yang akan mempermudah pekerjaannya dan meningkatkan kualitas dirinya.
c)      Melontarkan ide-ide kepada orang lain untuk didiskusikan bersama
d)     Berfikir dengan menggunakan berbagai cara.
e)      Tidak akan terpengaruh oleh hinaan, ejekan, atau gentar dengan rintangan. Dia akan terus mengamati, dan berusaha mencari temuan-temuan baru.
f)       Tidak mau menerima rutinitas yang membuatnya stagnan
g)      Seorang yang berjiwa inovatif tidak pernah merasa bosan berusaha (ulet)
h)      Tidak takut melakukan kesalahan
i)        Memandang setiap kesulitan adalah sebagai jalan pembuka untuk menuju sukses.
4.      Tahapan Perilaku Inovatif
De Jong & Den Hartog (2003) merinci lebih mendalam proses inovasi dalam 4 tahap yaitu:
·         Melihat kesempatan bagi karyawan untuk mengidentifikasi kesempatan.
Kesempatan dapat berawal dari ketidakkongruenan dan diskontinuitas yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan pola yang diharapkan misalnya timbulnya masalah pada pola kerja yang sudah berlangsung,adanya kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi,atau adanya indikasi trends yang sedang berubah.

·         Mengeluarkan ide.
Dalam fase ini, karyawan mengeluarkan konsep baru dengan tujuan menambah peningkatan. Hal ini meliputi mengeluarkan ide sesuatu yang baru atau memperbaharui pelayanan, pertemuan dengan klien dan teknologi pendukung. Kunci dalam mengeluarkan ide adalah mengkombinasikan dan mereorganisasikan informasi dan konsep yang telah ada sebelumnya untuk memecahkan masalah dan atau meningkatkan kinerja. Proses inovasi biasanya diawali dengan adanya kesenjangan kinerja yaitu ketidaksesuaian antara kinerja aktual dengan kinerja potensial.
·         Implementasi.
Dalam fase ini, ide ditransformasi terhadap hasil yang konkret. Pada tahapan ini sering juga disebut tahapan konvergen.Untuk mengembangkan ide dan mengimplementasikan ide, karyawan harus memiliki perilaku yang mengacu pada hasil.Perilaku inovasi Konvergen meliputi usaha menjadi juara dan bekerja keras.Seorang yang berperilaku juara mengeluarkan seluruh usahanya pada ide kreatif.Usaha menjadi juara meliputi membujuk dan mempengaruhi karyawan dan juga menekan dan bernegosiasi.Untuk mengimplementasikan inovasi sering dibutuhkan koalisi, mendapatkan kekuatan dengan menjual ide kepada rekan yang berpotensi.
·         Aplikasi.
Dalam fase ini meliputi perilaku karyawan yang ditujukan untuk membangun, menguji, dan memasarkan pelayanan baru. Hal ini berkaitan dengan membuat inovasi dalam bentuk proses kerja yang baru ataupun dalam proses rutin yang biasa dilakukan.
Adair (1996) mengatakan ada 3 fase dalam proses inovasi sebagai berikut:
a.       Generating ideas.
Keterlibatan individu dan tim dalam menghasilkan ide untuk memperbaiki produk, proses dan layanan yang ada dan menciptkaan sesuatu yang baru.
b.      Harvesting ideas.
Melibatkan sekumpulan orang untuk mengumpulkan dan mengevaluasi ide-ide.
c.       Developing and implementing these ideas.
Mengembangkan ide-ide yang telah terkumpul dan selanjutnya mengimplementasikan ide tersebut.
5.      Prinsip Inovasi (do’s n don’t)
Drucker (1985) mengatakan bahwa dalam melakukan inovasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
·         Sesuatu yang harus dilakukan adalah:
a.       Menganalisis peluang
b.      Apa yang harus dilakukan untuk memuaskan peluang
c.       Sederhana dan terarah
d.      Dimulai dari yang kecil
e.       Kepemimpinan
·         Sesuatu yang tidak harus dilakukan:
a.       mencoba untuk menjadi yang pandai
b.      mencoba ingin mengerjakan sesuatu yang banyak
c.       mencoba inovasi untuk masa yang akan datang
·         Kondisi:
a.       Memerlukan ilmu pengetahuan
b.      Membangun keunggulannya sendiri
c.       Inovasi adalah efek dari ekonomi dan masyarakat


6.      Macam-macam inovasi
Berdasarkan kecepatan perubahan inovasi (Scot & Bruece, 1994) terbagi menjadi dua yaitu:
a.       Inovasi radikal
·         Berskala besar
·         Dilakukan para ahli dibidangnya
·         Biasanya dikelola oleh departemen penelitian dan pengembangan
·         Inovasi radikal ini sering kali dilakukan di bidang manufaktur dan lembaga jasa keuangan
b.      Inovasi inkremental
·         Berskala kecil
·         Dilakukan oleh semua pihak terkait
·         Jenis inovasi berdasarkan fungsi,ada dua yaitu:
                                              i.            Inovasi teknologi
Dapat berupa produk, pelayanan atau proses produksi dan inovasi administrasi dapat bersifat organisasional dan struktural.
                                            ii.            Inovasi sosial (Brazeal & Herbert, 1997).

C.    Kepemimpinan
1.      Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin yang berhasil bukanlah yang mencari kekuasaan untuk diri sendiri, melainkan mendistribusikan kekuasaan kepada orang banyak untuk mencapai cita-cita bersama[10]. Melalui kejelasan wewenang, tanggung jawab, serta diimbangi dengan sikap disiplin mereka mengatasi masalah bersama karyawan secara efektif dan efisien. Hal ini juga diimbangi interaksi yang positif, yaitu ketrampilan utama dalam mengelola sumber daya manusia. Pemimpin juga harus sensitif dalam berinteraksi, baik terhadap bahasa verbal, nada suara, maupun nonverbal atau bahasa tubuh (body language) (Wahjosumidjo, 1987)
Siagian (2003) merupakan bahwa kepemimpinan dalam konteks suatu organisasi adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin satuan kerja untuk mempengarui perilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa, sehingga melalui perilaku yang positif,ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.

2.      Karakteristik Pemimpin
Karakteristik pemimpin merupakan ciri-ciri atau sifat yang dimiliki oleh setiap pemimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya. Ada empat karakteristik atau syarat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (Sunindhia dan Widiyanti diacu dalam Hakien 2003)[11]:
a.       Pemimpin harus peka terhadap lingkungannya, harus mendengarkan saran-saran dan nasehat dari orang-orang di sekitarnya.
b.      Pemimpin haarus menjadi teladan dalam lingkungannya.
c.       Pemimpin harus bersikap dan bersifat setia kepada janjinya, kepada organisasinya.
d.      Pemimpin harus mampu mengambil keputusan, harus pandai, cakap dan berani setelah semua faktor yang relevan diperhitungkan.
Teori kepemimpinan berdasarkan ciri (traits theory) memberi petunjuk tentang ciri-ciri pemimpin yaitu (Siagian, 2003):
a.       Pengatuhan umum yang luas.
b.      Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang.
c.       Kemampuan analitik.
d.      Sifat inkuisitif atau rasa ingin tahu.
e.       Ketrampilan berkomunikasi secara efektif.
f.       Kemampuan menentukan skala prioritas.
g.      Rasionalitas
h.      Keteladanan
i.        Ketegasan
j.        Orientasi masa depan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pemimpin harus memiliki keahlian dan kemampuan yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang dipimpin. Keahlian ini terlibat dari sifat, watak dan perilaku yang tercermin dalam setiap tindakan.

3.      Fungsi-fungsi Kepemimpinan
Menurut Siagan (2003), fungsi-fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki adalah:
a)      Penentuan arah yang hendak ditempuh oleh organisasi dalam usaha tujuan dan berbagai sasarannya.
b)      Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak diluar organisasi, terutama dengan mereka yang tergolong sebagai “stakeholder”.
c)      Komunikator yang efektif.
d)     Mediator yang handal, khususnya dalam mengatasi berbagai situasi konflik yang mungkin timbul antara individu dalam satu kelompok kerja yang terdapat dalam organisasi yang dipimpinnya.
e)      Integrator yang rasional dan objektif.
Dalam menjalankan fungsi kepemimpinan yang hakiki tersebut, pemimpin diharapkan dapat membawa para pengikutnya ketujuan yang hendak dicapai.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam dunia kewirausahaan, karakter  yang sangat penting untuk menunjang sebuah keberhasilan dalam melaksanakan kewirausahaan adalah dengan memiliki sifat kreatif, inovatif, dan kepemimpinan. Ketiga hal tersebut hendaknya dikolaborasikan menjadi satu kata yaitu sebuah kesuksesan.
            Kreatif sendiri adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang bertujuan menciptakan hal baru atau memperbaiki suatu hal yang sudah ada agar memiliki nilai guna dan manfaat. Dalam dunia kewirausahaan, sesorang harus memiliki kreatifitas yang mumpuni agar bisnis yang dijalankan menarik orang dan menghasilkan pendapatan yang memuaskan. Bukan hanya kreatifitas dalam pembuatan produk yang kita miliki, tetapi ada unsur lain yang harus disentuh dengan kreatifitas, misalnya saja pemasaran yang kita lakukan agar menarik masyarakat untuk membeli barang/jasa yang kita tawarkan.
            Inovasi adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi. Dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja, pemasaran,sistem pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga stakeholder dan masyarakat. Perilaku inovatif  adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal ‘baru’,  yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi; yang terdiri dari dua dimensi yaitu kreativitas dan pengambilan resiko dan proses inovasinya bersifat inkremental
            Kepemimpinan adalah jiwa yang tertanam dalam diri seseorang bagaimana kita mengatur diri sendirid an orang lain agar menjadi satu tujuan yang di cita-citakan menjadi terealisasi. Melalui kejelasan wewenang, tanggung jawab, serta diimbangi dengan sikap disiplin mereka mengatasi masalah bersama karyawan secara efektif dan efisien. pemimpin harus memiliki keahlian dan kemampuan yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang dipimpin. Keahlian ini terlibat dari sifat, watak dan perilaku yang tercermin dalam setiap tindakan.


[1]McClelland, D. (1987). Pengantar Kewirausahaan. Jakarta: Intermedia, hal: 3
[2]Kotler, Phillip (1997). Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jakarta: PT. Prenhallindo, hal: 5
[3]Ibit: 35
[4]Ibit: 24
[5] Hendro.2011.Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal:74
[6] Kasali Rhenald.2010. Modul Kewirausahaan. Jakarta Selatan : PT Mizan Publika. Hal: 43
[7] Suryana. 2006. Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses). Jakarta: Penerbit Salemba Empat, hal: 39

[8](http://www.ernirismayana.blogspot.com). 03 Maret 2013
[9]McClelland, D. (1987). Pengantar Kewirausahaan. Jakarta: Intermedia. Hal: 165
[10]Hendro.2011.Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal: 48

[11]Suryana. 2006. Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses). Jakarta: Penerbit Salemba Empa. Hal : 44

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Iswandi Vaqih - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger