BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.
Sesuatu yang baru dan berbeda adalah
nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan
peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai
tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru
dan berbeda[1].
Dengan kemajuan zaman yang semakin
pesat, para penguasa muda mencoba menciptakan produk-produk yang kreatif dan
inovatif terbaru untuk merintis usaha mereka agar memperoleh keuangan
semaksimal mungkin. Konsumen memutuskan membeli dan mengkonsumsi produk bukan
sekedar karena nilai fungsi awalnya, tetapi juga karena nilai sosial dan
emosinya. Keputusan pembelian merupakan prilaku yang dilakukan oleh
individu-individu yang berbeda. Individu adalah konsumen yang potensial untuk
membeli suatu produk tertentu yang ditawarkan oleh perusahaan atau yang
ditemukan di pasar.
Pasar sebagai pihak yang menawarkan
berbagai produk kepada konsumen harus dapat menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam pembelian, mengetahui presepsi konsumen dalam
menilai sesuatu yang berpengaruh dalam pembelian sehingga pemasar dapat
merancang strategi pemasaran yang sesuai dengan keinginan manusia.
Pemasaran (marketing), yaitu “kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran”[2].
Kesuksesan para pemasar banyak ditentukan oleh prestasi di bidang pemasaran.
Pemasaran merupakan proses mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen, dan
memuaskan konsumen dengan produk dan pelayanan yang berkualitas dan pada harga
yang kompetitif.
Strategi penetapan harga dikenal
merupakan unsur dari marketing mix. Harga
dianggap sebagai salah satu faktor yang menentukan bagi perusahaan akan tetapi
strategi harga bukanlah merupakan satu-satunya cara untuk mengatasi berbagai
persoalan dalam perusahaan, namun setiap perusahaan hendaknya mempertimbangkan
secara matang setiap keputusan dalam masalah harga. Selain itu, harga tersebut
berkaitan dengan teori permintaan menjelaskan perilaku konsumen dalam
permintaan suatu barang.
Kesalahan umum yang dibuat oleh
perusahaan kecil adalah menetapkan harga barang atau jasa sebelum
mengklarifikasikan penempatan strategi perusahaan[3].
Selain itu, kesalahan dalam menetapkan harga akan dapat mempengaruhi permintaan
konsumen dalam mempengaruhi permintaan konsumen dalam mempengunakan barang dan
jasa tersebut. Apabila harga yang ditetapkan terlalu tinggi maka akan terjadi
penurunan pendapatan karena konsumen akan mencari produk yang lebih murah
harganya ataupun jika harga terlalu rendah maka kemungkinan biaya produksi
tidak dapat tertutupi karena barang yang dijual banyak tetapi pendapatan yang
diterima sedikit. Penetapan harga yang terlalu rendah dan tidak sesuai dengan
nilai produk tersebut akan menimbulkan kerugian.
Harga yang tinggi dengan keuntungan per
unit yang tinggi belum tentu mewujudkan keuntungan yang diharapkan. Sebaliknya
harga yang rendah yang diikuti volume penjualan yang tinggi dapat menghasilkan
keuntungan yang besar. Tindakan para pesaing dalam menghadapi kebijakan harga
yang akan ditempuh oleh perusahaan juga perlu diperhatikan[4].
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
implementasi kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan dalam pengembangan suatu
usaha?
2. Seberapa
pentingkah kreativitas, inovasi dan kepemimpinan dalam dunia usaha?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Mengetahui
implementasi kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan dalam perkembangan suatu
usaha.
2. Mengetahui
seberapa pentingkah kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kreativitas
Kreatifitas merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi
diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam
Munandar, 2009). Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan
memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi (ditemu kenali) dan
dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2009)[5].
1. DEFINISI
KREATIVITAS
Menurut
NACCCE (National Advisory Committee on
Creative and Cultural Education) (dalam Craft, 2005), kreativitas adalah
aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil yang baru dan bernilai.
Selanjutnya Feldman (dalam Craft, 2005) mendefinisikan kreativitas adalah:
“the achievement of something remarke
and new, something which transforms and changes a field of endeavor in a
significant way ... the kinds of things that people do that change the world.”
Menurut Munandar (1985), kreativitas
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau
unsur-unsur yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru,
tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada
sebelumnya. Sealain itu, Csikszentmihalyi (dalam Clegg, 2008) menyatakan
kreativitas sebagai suatu tindakan, ide, atau produk yang mengganti sesuatu
yang lama menjadi sesuatu yang baru.
Guiford (dalam Munandir, 2009)
menyatakan kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau pemikiran
menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama
benarnya (Guilford, dalam Munandar 2009). Sedangkan menurut Rogers (dalam
Zulkarnain, 2002), kreativitas merupakan kecenderungan-kecenderungan manusia
untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Campbell (dalam Manguhardjana, 1986)
mengemukakan kreativitas sebagai kegiatan yang mendatangkan hasil yang
sifatnya:
a. Baru
atau novel, yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar,
menarik, aneh dan mengejutkan.
b. Berguna
atau useful, yang diartikan sebagai lebih enak, praktis, mempermudah,
mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan,
mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.
c. Dapat
dimengerti atau understandable, yang
diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat dilain waktu, tau
sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti,
tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.
Beragamnya pendapat para ahli akan
pengertian kreativitas, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu produk yang baru ataupun kombinasi
dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, yang berguna, serta dapat dimengerti.
2. CIRI-CIRI
KREATIFITAS
Guilford
(dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara lain:
·
Kelancaran berpikir (fluency
of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar
dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang
ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
·
Keluwesan berpikir (flexibility),
yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau
pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda,
serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang
yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat
meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
·
Elaborasi (elaboration),
yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci
detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih
menarik.
·
Originalitas (originality),
yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan
gagasan asli.
3. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS
Menurut
Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya
kreativitas individu diantaranya:
a. Dorongan
dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)
Menurut
Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau
dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi,
mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini
merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk
hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya
sepenuhnya (Rogers dalam Munandar, 2009). Hal ini juga didukung oleh pendapat
Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik
untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung
oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan.
Menurut
Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kondisi internal (interal press) yang
dapat mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:
i.
Keterbukaan terhadap
pengalaman
Keterbukaan
terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari
pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense,
tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut dan keterbukaan terhadap
konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipotesis. Dengan demikian
individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan.
ii.
Kemampuan untuk menilai
situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of
evaluation)
Pada
dasarnya penilaian terhadap produk ciptaan seseorang terutama ditentukan oleh
diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian
individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.
iii.
Kemampuan untuk
bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep.
b. Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
Munandar (2009) mengemukakan bahwa lingkungan
yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat[6].
Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber
pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan
sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke
perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas
individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang
dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers (dalam
Munandar, 2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan
kreativitas ditandai dengan adanya[7]:
·
Keamanan psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk
melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:
i.
Menerima individu sebagaimana
adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
ii.
Mengusahakan suasana yang
didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak
bersifat atau mempunyai efek mengancam.
iii.
Memberikan pengertian secara empatis, ikut
menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut
pandang mereka dan menerimanya.
·
Kebebasan psikologis
Lingkungan yang bebas secara psikologis,
memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara
simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Munandar
(dalam Zulkarnain, 2002) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
dapat berupa kemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi dengan
lingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan
(inteligensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan ketrampilan.
Faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri,
sifat mandiri, berani mengambil resiko dan sifat asertif (Kuwato, dalam
Zulkarnain, 2002)[8].
4. TAHAP-TAHAP
PERKEMBANGAN KREATIVITAS
Menurut
Cropley (1999), terdapat 3 tahapan perkembangan kreativitas diantaranya:
a. Tahap
prekonvensional (Preconventional phase)
Tahap
ini terjadi pada usia 6–8 tahun. Pada tahap ini, individu menunjukkan
spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu karya, yang kemudian
mengarah kepada hasil yang aestetik dan menyenangkan. Individu menghasilkan
sesuatu yang baru tanpa memperhatikan aturan dan batasan dari luar.
b. Tahap
konvensional (Conventional phase)
Tahap
ini berlangsung pada usia 9–12 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir
seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan
menjadi kaku. Selain itu, pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluatif juga berkembang.
c. Tahap
poskonvensional (Postconventional phase)
Tahap
ini berlangsung pada usia 12 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, individu
sudah mampu menghasilkan karya-karya baru yang telah disesuaikan dengan
batasan-batasan eksternal dan nilai-nilai konvensional yang ada di lingkungan.
B.
Inovasi
1.
Pengertian
Schumpeter
(1934) inovasi adalah mengkreasikan
dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi. Dengan inovasi
maka seseorang dapat menambahkannilai dari produk, pelayanan, proses kerja, pemasaran,sistem
pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagiperusahaan tapi juga stakeholder
dan masyarakat (dalam de Jong & Den Hartog, 2003).
Zimmerer
dan Scarborough (2005), inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan solusi
yang kreatif terhadap suatu permasalahan berikut dengan peluang untuk
meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan seseorang. Entrepreneur adalah
inovator, bukan hanya sekedarinventor. Ia tidak hanya berhenti sampai pada
prosespenciptaan atau penemuan ide, tapi melanjutkannyauntuk dapat
direalisasikan kedalam bentuk inovasi.
2. Perilaku
Inovatif
Pengertian perilaku inovatif
menurut Wess & Farr (dalam De Jong & Kemp, 2003) adalah semua perilaku
individu yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan
hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi. Beberapa
peneliti menyebutnya sebagai shop-floor innovation (e.g., Axtell et al., 2000
dalam De Jong & Den Hartog, 2003)[9].
Perilaku inovatif adalah semua perilaku individu yang diarahkan
untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat
dalam berbagai level organisasi; yang terdiri dari dua dimensi yaitu
kreativitas dan pengambilan resiko dan proses inovasinya bersifat inkremental.
3. Karakter
Individu yang Berperilaku Inovatif
a)
Memiliki keinginan yang
kuat untuk menambah pengetahuan dan berusaha mengenali sebab-sebab dari segala
sesuatu.
b)
Dia selalu mencari dan
menulis setiap ide baru yang akan mempermudah pekerjaannya dan meningkatkan
kualitas dirinya.
c)
Melontarkan ide-ide
kepada orang lain untuk didiskusikan bersama
d)
Berfikir dengan
menggunakan berbagai cara.
e)
Tidak akan terpengaruh
oleh hinaan, ejekan, atau gentar dengan rintangan. Dia akan terus mengamati,
dan berusaha mencari temuan-temuan baru.
f)
Tidak mau menerima
rutinitas yang membuatnya stagnan
g)
Seorang yang berjiwa
inovatif tidak pernah merasa bosan berusaha (ulet)
h)
Tidak takut melakukan
kesalahan
i)
Memandang setiap
kesulitan adalah sebagai jalan pembuka untuk menuju sukses.
4. Tahapan
Perilaku Inovatif
De Jong & Den Hartog (2003) merinci
lebih mendalam proses inovasi dalam 4 tahap yaitu:
·
Melihat kesempatan bagi
karyawan untuk mengidentifikasi kesempatan.
Kesempatan dapat berawal dari
ketidakkongruenan dan diskontinuitas yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian
dengan pola yang diharapkan misalnya timbulnya masalah pada pola kerja yang
sudah berlangsung,adanya kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi,atau adanya
indikasi trends yang sedang berubah.
·
Mengeluarkan ide.
Dalam fase ini, karyawan
mengeluarkan konsep baru dengan tujuan menambah peningkatan. Hal ini meliputi
mengeluarkan ide sesuatu yang baru atau memperbaharui pelayanan, pertemuan
dengan klien dan teknologi pendukung. Kunci dalam mengeluarkan ide adalah
mengkombinasikan dan mereorganisasikan informasi dan konsep yang telah ada
sebelumnya untuk memecahkan masalah dan atau meningkatkan kinerja. Proses
inovasi biasanya diawali dengan adanya kesenjangan kinerja yaitu
ketidaksesuaian antara kinerja aktual dengan kinerja potensial.
·
Implementasi.
Dalam fase ini, ide ditransformasi
terhadap hasil yang konkret. Pada tahapan ini sering juga disebut tahapan
konvergen.Untuk mengembangkan ide dan mengimplementasikan ide, karyawan harus
memiliki perilaku yang mengacu pada hasil.Perilaku inovasi Konvergen meliputi
usaha menjadi juara dan bekerja keras.Seorang yang berperilaku juara
mengeluarkan seluruh usahanya pada ide kreatif.Usaha menjadi juara meliputi
membujuk dan mempengaruhi karyawan dan juga menekan dan bernegosiasi.Untuk
mengimplementasikan inovasi sering dibutuhkan koalisi, mendapatkan kekuatan
dengan menjual ide kepada rekan yang berpotensi.
·
Aplikasi.
Dalam fase ini meliputi perilaku
karyawan yang ditujukan untuk membangun, menguji, dan memasarkan pelayanan
baru. Hal ini berkaitan dengan membuat inovasi dalam bentuk proses kerja yang
baru ataupun dalam proses rutin yang biasa dilakukan.
Adair (1996) mengatakan ada 3 fase
dalam proses inovasi sebagai berikut:
a.
Generating ideas.
Keterlibatan
individu dan tim dalam menghasilkan ide untuk memperbaiki produk, proses dan
layanan yang ada dan menciptkaan sesuatu yang baru.
b.
Harvesting ideas.
Melibatkan
sekumpulan orang untuk mengumpulkan dan mengevaluasi ide-ide.
c.
Developing and
implementing these ideas.
Mengembangkan
ide-ide yang telah terkumpul dan selanjutnya mengimplementasikan ide tersebut.
5.
Prinsip Inovasi (do’s n don’t)
Drucker (1985) mengatakan bahwa dalam
melakukan inovasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
·
Sesuatu yang harus dilakukan
adalah:
a.
Menganalisis peluang
b.
Apa yang harus dilakukan untuk
memuaskan peluang
c.
Sederhana dan terarah
d.
Dimulai dari yang kecil
e.
Kepemimpinan
·
Sesuatu yang tidak harus
dilakukan:
a.
mencoba untuk menjadi yang pandai
b.
mencoba ingin mengerjakan sesuatu
yang banyak
c.
mencoba inovasi untuk masa yang
akan datang
·
Kondisi:
a.
Memerlukan ilmu pengetahuan
b.
Membangun keunggulannya sendiri
c.
Inovasi adalah efek dari ekonomi
dan masyarakat
6. Macam-macam
inovasi
Berdasarkan kecepatan perubahan
inovasi (Scot & Bruece, 1994) terbagi menjadi dua yaitu:
a.
Inovasi radikal
·
Berskala besar
·
Dilakukan para ahli dibidangnya
·
Biasanya dikelola oleh departemen
penelitian dan pengembangan
·
Inovasi radikal ini sering kali
dilakukan di bidang manufaktur dan lembaga jasa keuangan
b.
Inovasi inkremental
·
Berskala kecil
·
Dilakukan oleh semua pihak terkait
·
Jenis inovasi berdasarkan
fungsi,ada dua yaitu:
i.
Inovasi teknologi
Dapat
berupa produk, pelayanan atau proses produksi dan inovasi administrasi dapat
bersifat organisasional dan struktural.
ii.
Inovasi sosial (Brazeal
& Herbert, 1997).
C.
Kepemimpinan
1.
Pengertian
Kepemimpinan
Pemimpin
yang berhasil bukanlah yang mencari kekuasaan untuk diri sendiri, melainkan
mendistribusikan kekuasaan kepada orang banyak untuk mencapai cita-cita bersama[10].
Melalui kejelasan wewenang, tanggung jawab, serta diimbangi dengan sikap
disiplin mereka mengatasi masalah bersama karyawan secara efektif dan efisien.
Hal ini juga diimbangi interaksi yang positif, yaitu ketrampilan utama dalam
mengelola sumber daya manusia. Pemimpin juga harus sensitif dalam berinteraksi,
baik terhadap bahasa verbal, nada suara, maupun nonverbal atau bahasa tubuh (body language) (Wahjosumidjo, 1987)
Siagian
(2003) merupakan bahwa kepemimpinan dalam konteks suatu organisasi adalah
kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin
satuan kerja untuk mempengarui perilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk
berfikir dan bertindak sedemikian rupa, sehingga melalui perilaku yang
positif,ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
2.
Karakteristik
Pemimpin
Karakteristik
pemimpin merupakan ciri-ciri atau sifat yang dimiliki oleh setiap pemimpinan
dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya. Ada empat karakteristik atau
syarat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (Sunindhia dan Widiyanti
diacu dalam Hakien 2003)[11]:
a. Pemimpin
harus peka terhadap lingkungannya, harus mendengarkan saran-saran dan nasehat
dari orang-orang di sekitarnya.
b. Pemimpin
haarus menjadi teladan dalam lingkungannya.
c. Pemimpin
harus bersikap dan bersifat setia kepada janjinya, kepada organisasinya.
d. Pemimpin
harus mampu mengambil keputusan, harus pandai, cakap dan berani setelah semua
faktor yang relevan diperhitungkan.
Teori kepemimpinan
berdasarkan ciri (traits theory)
memberi petunjuk tentang ciri-ciri pemimpin yaitu (Siagian, 2003):
a. Pengatuhan
umum yang luas.
b. Kemampuan
untuk tumbuh dan berkembang.
c. Kemampuan
analitik.
d. Sifat
inkuisitif atau rasa ingin tahu.
e. Ketrampilan
berkomunikasi secara efektif.
f. Kemampuan
menentukan skala prioritas.
g. Rasionalitas
h. Keteladanan
i.
Ketegasan
j.
Orientasi masa depan.
Berdasarkan
uraian-uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pemimpin harus memiliki keahlian
dan kemampuan yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang dipimpin. Keahlian
ini terlibat dari sifat, watak dan perilaku yang tercermin dalam setiap
tindakan.
3.
Fungsi-fungsi
Kepemimpinan
Menurut
Siagan (2003), fungsi-fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki adalah:
a) Penentuan
arah yang hendak ditempuh oleh organisasi dalam usaha tujuan dan berbagai
sasarannya.
b) Wakil
dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak diluar
organisasi, terutama dengan mereka yang tergolong sebagai “stakeholder”.
c) Komunikator
yang efektif.
d) Mediator
yang handal, khususnya dalam mengatasi berbagai situasi konflik yang mungkin
timbul antara individu dalam satu kelompok kerja yang terdapat dalam organisasi
yang dipimpinnya.
e) Integrator
yang rasional dan objektif.
Dalam
menjalankan fungsi kepemimpinan yang hakiki tersebut, pemimpin diharapkan dapat
membawa para pengikutnya ketujuan yang hendak dicapai.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam
dunia kewirausahaan, karakter yang
sangat penting untuk menunjang sebuah keberhasilan dalam melaksanakan
kewirausahaan adalah dengan memiliki sifat kreatif, inovatif, dan kepemimpinan.
Ketiga hal tersebut hendaknya dikolaborasikan menjadi satu kata yaitu sebuah
kesuksesan.
Kreatif sendiri adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang
bertujuan menciptakan hal baru atau memperbaiki suatu hal yang sudah ada agar
memiliki nilai guna dan manfaat. Dalam dunia kewirausahaan, sesorang harus
memiliki kreatifitas yang mumpuni agar bisnis yang dijalankan menarik orang dan
menghasilkan pendapatan yang memuaskan. Bukan hanya kreatifitas dalam pembuatan
produk yang kita miliki, tetapi ada unsur lain yang harus disentuh dengan
kreatifitas, misalnya saja pemasaran yang kita lakukan agar menarik masyarakat
untuk membeli barang/jasa yang kita tawarkan.
Inovasi adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan
sesuatu menjadi satu kombinasi. Dengan inovasi maka seseorang dapat
menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja, pemasaran,sistem
pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga stakeholder
dan masyarakat. Perilaku inovatif
adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan dan
mengimplementasikan hal-hal ‘baru’, yang
bermanfaat dalam berbagai level organisasi; yang terdiri dari dua dimensi yaitu
kreativitas dan pengambilan resiko dan proses inovasinya bersifat inkremental
Kepemimpinan
adalah jiwa yang tertanam dalam diri seseorang bagaimana kita mengatur diri
sendirid an orang lain agar menjadi satu tujuan yang di cita-citakan menjadi
terealisasi. Melalui kejelasan wewenang, tanggung jawab, serta diimbangi dengan
sikap disiplin mereka mengatasi masalah bersama karyawan secara efektif dan
efisien. pemimpin harus memiliki keahlian dan kemampuan yang lebih baik
dibandingkan orang-orang yang dipimpin. Keahlian ini terlibat dari sifat, watak
dan perilaku yang tercermin dalam setiap tindakan.
[1]McClelland,
D. (1987). Pengantar Kewirausahaan. Jakarta: Intermedia, hal: 3
[2]Kotler, Phillip (1997). Manajemen
Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jakarta: PT.
Prenhallindo, hal: 5
[3]Ibit: 35
[4]Ibit: 24
[5] Hendro.2011.Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta :
Penerbit Erlangga. Hal:74
[6] Kasali Rhenald.2010. Modul Kewirausahaan. Jakarta Selatan :
PT Mizan Publika. Hal: 43
[7]
Suryana. 2006. Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses).
Jakarta: Penerbit Salemba Empat, hal: 39
[8](http://www.ernirismayana.blogspot.com).
03 Maret 2013
[9]McClelland, D. (1987). Pengantar
Kewirausahaan. Jakarta: Intermedia. Hal: 165
[10]Hendro.2011.Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta :
Penerbit Erlangga. Hal: 48
[11]Suryana. 2006. Kewirausahaan
(Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses). Jakarta: Penerbit Salemba
Empa. Hal : 44
+ komentar + 1 komentar
Terimakasih sangat bermanfaat, berbagi ilmu itu indah..,
Posting Komentar