Home » , » Kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan Dalam dunia usaha

Kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan Dalam dunia usaha

Written By Unknown on Sabtu, 27 April 2013 | 06.56

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah  kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Sesuatu  yang baru dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda[1].
Dengan kemajuan zaman yang semakin pesat, para penguasa muda mencoba menciptakan produk-produk yang kreatif dan inovatif terbaru untuk merintis usaha mereka agar memperoleh keuangan semaksimal mungkin. Konsumen memutuskan membeli dan mengkonsumsi produk bukan sekedar karena nilai fungsi awalnya, tetapi juga karena nilai sosial dan emosinya. Keputusan pembelian merupakan prilaku yang dilakukan oleh individu-individu yang berbeda. Individu adalah konsumen yang potensial untuk membeli suatu produk tertentu yang ditawarkan oleh perusahaan atau yang ditemukan di pasar.
Pasar sebagai pihak yang menawarkan berbagai produk kepada konsumen harus dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian, mengetahui presepsi konsumen dalam menilai sesuatu yang berpengaruh dalam pembelian sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran yang sesuai dengan keinginan manusia.
Pemasaran (marketing), yaitu “kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran”[2]. Kesuksesan para pemasar banyak ditentukan oleh prestasi di bidang pemasaran. Pemasaran merupakan proses mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen, dan memuaskan konsumen dengan produk dan pelayanan yang berkualitas dan pada harga yang kompetitif.
Strategi penetapan harga dikenal merupakan unsur dari marketing mix. Harga dianggap sebagai salah satu faktor yang menentukan bagi perusahaan akan tetapi strategi harga bukanlah merupakan satu-satunya cara untuk mengatasi berbagai persoalan dalam perusahaan, namun setiap perusahaan hendaknya mempertimbangkan secara matang setiap keputusan dalam masalah harga. Selain itu, harga tersebut berkaitan dengan teori permintaan menjelaskan perilaku konsumen dalam permintaan suatu barang.
Kesalahan umum yang dibuat oleh perusahaan kecil adalah menetapkan harga barang atau jasa sebelum mengklarifikasikan penempatan strategi perusahaan[3]. Selain itu, kesalahan dalam menetapkan harga akan dapat mempengaruhi permintaan konsumen dalam mempengaruhi permintaan konsumen dalam mempengunakan barang dan jasa tersebut. Apabila harga yang ditetapkan terlalu tinggi maka akan terjadi penurunan pendapatan karena konsumen akan mencari produk yang lebih murah harganya ataupun jika harga terlalu rendah maka kemungkinan biaya produksi tidak dapat tertutupi karena barang yang dijual banyak tetapi pendapatan yang diterima sedikit. Penetapan harga yang terlalu rendah dan tidak sesuai dengan nilai produk tersebut akan menimbulkan kerugian.
Harga yang tinggi dengan keuntungan per unit yang tinggi belum tentu mewujudkan keuntungan yang diharapkan. Sebaliknya harga yang rendah yang diikuti volume penjualan yang tinggi dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Tindakan para pesaing dalam menghadapi kebijakan harga yang akan ditempuh oleh perusahaan juga perlu diperhatikan[4].

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana implementasi kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan dalam pengembangan suatu usaha?
2.      Seberapa pentingkah kreativitas, inovasi dan kepemimpinan dalam dunia usaha?
C.    Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui implementasi kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan dalam perkembangan suatu usaha.
2.      Mengetahui seberapa pentingkah kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kreativitas
Kreatifitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi (ditemu kenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2009)[5].
1.      DEFINISI KREATIVITAS
Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and Cultural Education) (dalam Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil yang baru dan bernilai. Selanjutnya Feldman (dalam Craft, 2005) mendefinisikan kreativitas adalah:
“the achievement of something remarke and new, something which transforms and changes a field of endeavor in a significant way ... the kinds of things that people do that change the world.”
Menurut Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Sealain itu, Csikszentmihalyi (dalam Clegg, 2008) menyatakan kreativitas sebagai suatu tindakan, ide, atau produk yang mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru.
Guiford (dalam Munandir, 2009) menyatakan kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya (Guilford, dalam Munandar 2009). Sedangkan menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kreativitas merupakan kecenderungan-kecenderungan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Campbell (dalam Manguhardjana, 1986) mengemukakan kreativitas sebagai kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:
a.       Baru atau novel, yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.
b.      Berguna atau useful, yang diartikan sebagai lebih enak, praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.
c.       Dapat dimengerti atau understandable, yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat dilain waktu, tau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.
Beragamnya pendapat para ahli akan pengertian kreativitas, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu produk yang baru ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, yang berguna, serta dapat dimengerti.
2.      CIRI-CIRI KREATIFITAS
Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara lain:
·         Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
·         Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
·         Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
·         Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
3.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS
Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:
a.       Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)
Menurut Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers dalam Munandar, 2009). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan.
Menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kondisi internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:
                                              i.       Keterbukaan terhadap pengalaman
Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut dan keterbukaan terhadap konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipotesis. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan.
                                       ii.            Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation)
Pada dasarnya penilaian terhadap produk ciptaan seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.
                                     iii.            Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep.
b.      Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
Munandar (2009) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat[6]. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers (dalam Munandar, 2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya[7]:
·         Keamanan psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:
                                                            i.            Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
                                                          ii.            Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam.
                                                        iii.             Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.
·         Kebebasan psikologis
Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Munandar (dalam Zulkarnain, 2002) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat berupa kemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (inteligensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan ketrampilan. Faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan sifat asertif (Kuwato, dalam Zulkarnain, 2002)[8].
4.      TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KREATIVITAS
Menurut Cropley (1999), terdapat 3 tahapan perkembangan kreativitas diantaranya:
a.       Tahap prekonvensional (Preconventional phase)
Tahap ini terjadi pada usia 6–8 tahun. Pada tahap ini, individu menunjukkan spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu karya, yang kemudian mengarah kepada hasil yang aestetik dan menyenangkan. Individu menghasilkan sesuatu yang baru tanpa memperhatikan aturan dan batasan dari luar.
b.      Tahap konvensional (Conventional phase)
Tahap ini berlangsung pada usia 9–12 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan menjadi kaku. Selain itu, pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluatif juga berkembang.
c.       Tahap poskonvensional (Postconventional phase)
Tahap ini berlangsung pada usia 12 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, individu sudah mampu menghasilkan karya-karya baru yang telah disesuaikan dengan batasan-batasan eksternal dan nilai-nilai konvensional yang ada di lingkungan.

B.     Inovasi
1.      Pengertian
Schumpeter (1934)  inovasi adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi. Dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkannilai dari produk, pelayanan, proses kerja, pemasaran,sistem pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagiperusahaan tapi juga stakeholder dan masyarakat (dalam de Jong & Den Hartog, 2003).
Zimmerer dan Scarborough (2005), inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan solusi yang kreatif terhadap suatu permasalahan berikut dengan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan seseorang. Entrepreneur adalah inovator, bukan hanya sekedarinventor. Ia tidak hanya berhenti sampai pada prosespenciptaan atau penemuan ide, tapi melanjutkannyauntuk dapat direalisasikan kedalam bentuk inovasi.
2.      Perilaku Inovatif
Pengertian perilaku inovatif menurut Wess & Farr (dalam De Jong & Kemp, 2003) adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai shop-floor innovation (e.g., Axtell et al., 2000 dalam De Jong & Den Hartog, 2003)[9].
Perilaku inovatif  adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi; yang terdiri dari dua dimensi yaitu kreativitas dan pengambilan resiko dan proses inovasinya bersifat inkremental.
3.      Karakter Individu yang Berperilaku Inovatif
a)      Memiliki keinginan yang kuat untuk menambah pengetahuan dan berusaha mengenali sebab-sebab dari segala sesuatu.
b)      Dia selalu mencari dan menulis setiap ide baru yang akan mempermudah pekerjaannya dan meningkatkan kualitas dirinya.
c)      Melontarkan ide-ide kepada orang lain untuk didiskusikan bersama
d)     Berfikir dengan menggunakan berbagai cara.
e)      Tidak akan terpengaruh oleh hinaan, ejekan, atau gentar dengan rintangan. Dia akan terus mengamati, dan berusaha mencari temuan-temuan baru.
f)       Tidak mau menerima rutinitas yang membuatnya stagnan
g)      Seorang yang berjiwa inovatif tidak pernah merasa bosan berusaha (ulet)
h)      Tidak takut melakukan kesalahan
i)        Memandang setiap kesulitan adalah sebagai jalan pembuka untuk menuju sukses.
4.      Tahapan Perilaku Inovatif
De Jong & Den Hartog (2003) merinci lebih mendalam proses inovasi dalam 4 tahap yaitu:
·         Melihat kesempatan bagi karyawan untuk mengidentifikasi kesempatan.
Kesempatan dapat berawal dari ketidakkongruenan dan diskontinuitas yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan pola yang diharapkan misalnya timbulnya masalah pada pola kerja yang sudah berlangsung,adanya kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi,atau adanya indikasi trends yang sedang berubah.

·         Mengeluarkan ide.
Dalam fase ini, karyawan mengeluarkan konsep baru dengan tujuan menambah peningkatan. Hal ini meliputi mengeluarkan ide sesuatu yang baru atau memperbaharui pelayanan, pertemuan dengan klien dan teknologi pendukung. Kunci dalam mengeluarkan ide adalah mengkombinasikan dan mereorganisasikan informasi dan konsep yang telah ada sebelumnya untuk memecahkan masalah dan atau meningkatkan kinerja. Proses inovasi biasanya diawali dengan adanya kesenjangan kinerja yaitu ketidaksesuaian antara kinerja aktual dengan kinerja potensial.
·         Implementasi.
Dalam fase ini, ide ditransformasi terhadap hasil yang konkret. Pada tahapan ini sering juga disebut tahapan konvergen.Untuk mengembangkan ide dan mengimplementasikan ide, karyawan harus memiliki perilaku yang mengacu pada hasil.Perilaku inovasi Konvergen meliputi usaha menjadi juara dan bekerja keras.Seorang yang berperilaku juara mengeluarkan seluruh usahanya pada ide kreatif.Usaha menjadi juara meliputi membujuk dan mempengaruhi karyawan dan juga menekan dan bernegosiasi.Untuk mengimplementasikan inovasi sering dibutuhkan koalisi, mendapatkan kekuatan dengan menjual ide kepada rekan yang berpotensi.
·         Aplikasi.
Dalam fase ini meliputi perilaku karyawan yang ditujukan untuk membangun, menguji, dan memasarkan pelayanan baru. Hal ini berkaitan dengan membuat inovasi dalam bentuk proses kerja yang baru ataupun dalam proses rutin yang biasa dilakukan.
Adair (1996) mengatakan ada 3 fase dalam proses inovasi sebagai berikut:
a.       Generating ideas.
Keterlibatan individu dan tim dalam menghasilkan ide untuk memperbaiki produk, proses dan layanan yang ada dan menciptkaan sesuatu yang baru.
b.      Harvesting ideas.
Melibatkan sekumpulan orang untuk mengumpulkan dan mengevaluasi ide-ide.
c.       Developing and implementing these ideas.
Mengembangkan ide-ide yang telah terkumpul dan selanjutnya mengimplementasikan ide tersebut.
5.      Prinsip Inovasi (do’s n don’t)
Drucker (1985) mengatakan bahwa dalam melakukan inovasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
·         Sesuatu yang harus dilakukan adalah:
a.       Menganalisis peluang
b.      Apa yang harus dilakukan untuk memuaskan peluang
c.       Sederhana dan terarah
d.      Dimulai dari yang kecil
e.       Kepemimpinan
·         Sesuatu yang tidak harus dilakukan:
a.       mencoba untuk menjadi yang pandai
b.      mencoba ingin mengerjakan sesuatu yang banyak
c.       mencoba inovasi untuk masa yang akan datang
·         Kondisi:
a.       Memerlukan ilmu pengetahuan
b.      Membangun keunggulannya sendiri
c.       Inovasi adalah efek dari ekonomi dan masyarakat


6.      Macam-macam inovasi
Berdasarkan kecepatan perubahan inovasi (Scot & Bruece, 1994) terbagi menjadi dua yaitu:
a.       Inovasi radikal
·         Berskala besar
·         Dilakukan para ahli dibidangnya
·         Biasanya dikelola oleh departemen penelitian dan pengembangan
·         Inovasi radikal ini sering kali dilakukan di bidang manufaktur dan lembaga jasa keuangan
b.      Inovasi inkremental
·         Berskala kecil
·         Dilakukan oleh semua pihak terkait
·         Jenis inovasi berdasarkan fungsi,ada dua yaitu:
                                              i.            Inovasi teknologi
Dapat berupa produk, pelayanan atau proses produksi dan inovasi administrasi dapat bersifat organisasional dan struktural.
                                            ii.            Inovasi sosial (Brazeal & Herbert, 1997).

C.    Kepemimpinan
1.      Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin yang berhasil bukanlah yang mencari kekuasaan untuk diri sendiri, melainkan mendistribusikan kekuasaan kepada orang banyak untuk mencapai cita-cita bersama[10]. Melalui kejelasan wewenang, tanggung jawab, serta diimbangi dengan sikap disiplin mereka mengatasi masalah bersama karyawan secara efektif dan efisien. Hal ini juga diimbangi interaksi yang positif, yaitu ketrampilan utama dalam mengelola sumber daya manusia. Pemimpin juga harus sensitif dalam berinteraksi, baik terhadap bahasa verbal, nada suara, maupun nonverbal atau bahasa tubuh (body language) (Wahjosumidjo, 1987)
Siagian (2003) merupakan bahwa kepemimpinan dalam konteks suatu organisasi adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin satuan kerja untuk mempengarui perilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa, sehingga melalui perilaku yang positif,ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.

2.      Karakteristik Pemimpin
Karakteristik pemimpin merupakan ciri-ciri atau sifat yang dimiliki oleh setiap pemimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya. Ada empat karakteristik atau syarat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (Sunindhia dan Widiyanti diacu dalam Hakien 2003)[11]:
a.       Pemimpin harus peka terhadap lingkungannya, harus mendengarkan saran-saran dan nasehat dari orang-orang di sekitarnya.
b.      Pemimpin haarus menjadi teladan dalam lingkungannya.
c.       Pemimpin harus bersikap dan bersifat setia kepada janjinya, kepada organisasinya.
d.      Pemimpin harus mampu mengambil keputusan, harus pandai, cakap dan berani setelah semua faktor yang relevan diperhitungkan.
Teori kepemimpinan berdasarkan ciri (traits theory) memberi petunjuk tentang ciri-ciri pemimpin yaitu (Siagian, 2003):
a.       Pengatuhan umum yang luas.
b.      Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang.
c.       Kemampuan analitik.
d.      Sifat inkuisitif atau rasa ingin tahu.
e.       Ketrampilan berkomunikasi secara efektif.
f.       Kemampuan menentukan skala prioritas.
g.      Rasionalitas
h.      Keteladanan
i.        Ketegasan
j.        Orientasi masa depan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pemimpin harus memiliki keahlian dan kemampuan yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang dipimpin. Keahlian ini terlibat dari sifat, watak dan perilaku yang tercermin dalam setiap tindakan.

3.      Fungsi-fungsi Kepemimpinan
Menurut Siagan (2003), fungsi-fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki adalah:
a)      Penentuan arah yang hendak ditempuh oleh organisasi dalam usaha tujuan dan berbagai sasarannya.
b)      Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak diluar organisasi, terutama dengan mereka yang tergolong sebagai “stakeholder”.
c)      Komunikator yang efektif.
d)     Mediator yang handal, khususnya dalam mengatasi berbagai situasi konflik yang mungkin timbul antara individu dalam satu kelompok kerja yang terdapat dalam organisasi yang dipimpinnya.
e)      Integrator yang rasional dan objektif.
Dalam menjalankan fungsi kepemimpinan yang hakiki tersebut, pemimpin diharapkan dapat membawa para pengikutnya ketujuan yang hendak dicapai.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam dunia kewirausahaan, karakter  yang sangat penting untuk menunjang sebuah keberhasilan dalam melaksanakan kewirausahaan adalah dengan memiliki sifat kreatif, inovatif, dan kepemimpinan. Ketiga hal tersebut hendaknya dikolaborasikan menjadi satu kata yaitu sebuah kesuksesan.
            Kreatif sendiri adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang bertujuan menciptakan hal baru atau memperbaiki suatu hal yang sudah ada agar memiliki nilai guna dan manfaat. Dalam dunia kewirausahaan, sesorang harus memiliki kreatifitas yang mumpuni agar bisnis yang dijalankan menarik orang dan menghasilkan pendapatan yang memuaskan. Bukan hanya kreatifitas dalam pembuatan produk yang kita miliki, tetapi ada unsur lain yang harus disentuh dengan kreatifitas, misalnya saja pemasaran yang kita lakukan agar menarik masyarakat untuk membeli barang/jasa yang kita tawarkan.
            Inovasi adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi. Dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja, pemasaran,sistem pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga stakeholder dan masyarakat. Perilaku inovatif  adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal ‘baru’,  yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi; yang terdiri dari dua dimensi yaitu kreativitas dan pengambilan resiko dan proses inovasinya bersifat inkremental
            Kepemimpinan adalah jiwa yang tertanam dalam diri seseorang bagaimana kita mengatur diri sendirid an orang lain agar menjadi satu tujuan yang di cita-citakan menjadi terealisasi. Melalui kejelasan wewenang, tanggung jawab, serta diimbangi dengan sikap disiplin mereka mengatasi masalah bersama karyawan secara efektif dan efisien. pemimpin harus memiliki keahlian dan kemampuan yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang dipimpin. Keahlian ini terlibat dari sifat, watak dan perilaku yang tercermin dalam setiap tindakan.


[1]McClelland, D. (1987). Pengantar Kewirausahaan. Jakarta: Intermedia, hal: 3
[2]Kotler, Phillip (1997). Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jakarta: PT. Prenhallindo, hal: 5
[3]Ibit: 35
[4]Ibit: 24
[5] Hendro.2011.Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal:74
[6] Kasali Rhenald.2010. Modul Kewirausahaan. Jakarta Selatan : PT Mizan Publika. Hal: 43
[7] Suryana. 2006. Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses). Jakarta: Penerbit Salemba Empat, hal: 39

[8](http://www.ernirismayana.blogspot.com). 03 Maret 2013
[9]McClelland, D. (1987). Pengantar Kewirausahaan. Jakarta: Intermedia. Hal: 165
[10]Hendro.2011.Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal: 48

[11]Suryana. 2006. Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses). Jakarta: Penerbit Salemba Empa. Hal : 44

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

13 Januari 2018 pukul 09.05

Terimakasih sangat bermanfaat, berbagi ilmu itu indah..,

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Iswandi Vaqih - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger